Dan ini adalah pendapat Ibnu Katsir dalam tafsirnya 8/423, As-Sa'di dalam tafsirnya hal 930, dan Ibnu al-'Utsaimin dalam tafsir Juz 'Amma hal 264). Adapun mayoritas ahli tafsir maka mereka menyebutkan bahwa ubun-ubun yang mendustakan adalah pemilik ubun-ubun itu yang mendustakan, yaitu Abu Jahal dan bukan ubun-ubun itu sendiri.
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al InsyirahTafsir Ibnu Katsir Surah Al Insyirah
Intidari surat Al Insyirah ada di ayat 5 dan 6, Dalam tafsir Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu lebih jauh diterangkan bahwa Allah Ta'ala menyebut "satu kesulitan di antara dua kemudahan". sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dari riwayat Anas bin Malik, pernah mengilustrasikannya saat duduk bersama para sahabat di depan sebuah batu.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID dA6fTkonRTgXxjrZo9ABPB2H27G3T_DcZIQ5NHqqSP1V5S0QUIFlXA==

AlHafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan bahwa lapangnya dada disini mencakup lapang dada maknawi (abstrak) dan lapang dada hissi (inderawi). (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/415). Lapang dada yang maknawi yaitu kekuatan dalam menghadapi cobaan, kesabaran dalam menghadapi gangguan, kelembutan dalam menghadapi celaan, serta

Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisaa’ ayat 166-170 Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ Wanita Surah Madaniyyah; surah ke 4 176 ayat “Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu, tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi pula. Cukuplah Allah menjadi saksi. Sesung­guhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manu­sia dari jalan Allah benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni dosa mereka dan ti­dak pula akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Dan yang de­mikian itu adalah mudah bagi Allah. Wahai manusia, sesungguh­nya telah datang Rasul Muhammad itu kepada kalian dengan membawakebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian. Dan jika kalian kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan sedikit pun kepada Allah karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah, Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” An-Nisaa’ ayat 166-170 Mengingat firman Allah Swt. yang mengatakan {إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ} Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu. An-Nisa 163 Sampai dengan konteks ini hadis menetapkan kenabian Nabi Muham­mad Saw. dan membantah orang-orang yang ingkar kepada kenabian­nya dari kalangan kaum musyrik dan Ahli Kitab. Maka dalam ayat ini Allah Swt. berfirman {لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ إِلَيْكَ} Tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada­mu. An-Nisa 166 Yakni sekalipun orang-orang yang kafir kepada Al-Qur’an menging­karinya, mereka dari kalangan orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu. Maka Allah tetap mengakui bahwa engkau adalah utusan-Nya yang diturunkan kepadanya Al-Kilab, yakni Al-Our’an yang agung. {لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ} Yang tidak datang kepadanya Al-Qur’an kebatilan, baik aari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Fushshilat 42 Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan {أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ} Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya. An-Nisa 166 Dengan pengetahuan-Nya yang hendak memperlihatkan kepada ham­ba-hamba-Nya akan Al-Qur’an yang di dalamnya terkandung kete­rangan-keterangan, hidayah, pemisah antara yang hak dan yang batil, hal-hal yang disukai dan diridai Allah, dan hal-hal yang dibenci dan ditolak-Nya. Di dalam Al-Qur’an terkandung ilmu tentang hal-hal yang gaib menyangkut masalah yang terjadi di masa silam dan masa mendatang. Di dalamnya disebutkan juga sifat-sifat Allah Swt. Yang Mahasuci yang tidak diketahui oleh nabi yang diutus, tidak pula oleh malaikat terdekat, kecuali bila diberi tahu oleh Allah Swt. sendiri. Seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya {وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ} dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melain­kan apa yang dikehendaki-Nya. Al-Baqarah 255 Dan dalam ayat yang lainnya, yaitu firman-Nya {وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا} sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. Thaha 110 Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Suhail Al-Ja’fari dan Abdullah ibnul Mubarak; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Saib yang mengatakan bahwa Abu Abdur Rahman As-Sulami membacakan Al-Qur’an kepadanya. Tersebutlah bahwa apabila seseorang di antara kami membacakan Al-Qur’an ke­padanya, ia Ata ibnus Saib selalu mengatakan, “Sesungguhnya ka­mu telah mengambil ilmu Allah, maka pada hari ini tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kamu kecuali dengan amal perbuat­an.” Kemudian ia membacakan firman-Nya {أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا} Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi pula. Cukuplah Allah menjadi saksi. An-Nisa 166 ******* Adapun firman Allah Swt. {وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ} dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi pula. An-Nisa 166 Yaitu atas kebenaran apa yang disampaikan olehmu dan apa yang di­wahyukan kepadamu serta kitab yang diturunkan kepadamu disertai dengan pengakuan Allah atas hal tersebut. {وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا} Cukuplah Allah menjadi saksi. An-Nisa 166 قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي مُحَمَّدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ أَوْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جماعةٌ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ لَهُمْ “إِنِّي لَأَعْلَمُ -وَاللَّهِ-إِنَّكُمْ لَتَعْلَمُونِ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ”. فَقَالُوا مَا نَعْلَمُ ذَلِكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ {لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ إِلَيْكَ أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ} Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Mu­hammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari ibnu Abbas yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi masuk menemui Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui, demi Allah, sesung­guhnya kalian ini benar-benar mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah. Maka mereka menjawab, “Kami tidak mengetahui hal tersebut.” Ke­mudian Allah menurunkan firman-Nya Tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada­mu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya.An-Nisa 166, hingga akhir ayat. ******* Adapun firman Allah Swt. {إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا ضَلالا بَعِيدًا} Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah benar-benar telah sesat sejauh-jauh­nya. An-Nisa 167 Mereka kafir dan tidak mau mengikuti perkara yang hak, bahkan me­reka berupaya menghalang-halangi manusia untuk mengikuti dan me­nuruti jejak perkara yang hak. Mereka benar-benar telah keluar dari jalan yang benar, sesat darinya, dan jauh dari perkara yang hak, jauh yang amat mencolok. Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan perihal keputusan-Nya terhadap orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat-Nya, Kitab, dan Rasul-Nya, yaitu mereka yang menganiaya diri sendiri karena hal ter­sebut; juga karena menghalang-halangi manusia dari jalan-Nya, me­ngerjakan perbuatan-perbuatan yang berdosa, dan melanggar hal-hal yang diharamkan-Nya. Dia tidak akan memberikan ampunan kepada mereka. {وَلا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقًا} dan tidak pula akan menunjukkan jalan kepada mereka. An-Nisa 168 Yakni jalan kebaikan. {إِلا طَرِيقَ جَهَنَّمَ} kecuali jalan ke neraka Jahannam. An-Nisa 169 Istisna dalam ayat ini bersifat munqati’. {خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا } mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. An-Nisa 169, hingga akhir ayat. ** Selanjutnya Allah Swt. berfirman {يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ} Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul Muhammad itu kepada kalian dengan membawa kebenaran dari Tuhan ka­lian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian. An-Nisa 170 Telah datang Nabi Muhammad Saw. kepada kalian dengan membawa hidayah, agama yang hak, dan keterangan yang memuaskan dari Allah Swt Karena itu, berimanlah kalian kepada apa yang didatang­kannya kepada kalian dan ikutilah dia, niscaya hal itu baik bagi kali­an. * Kemudian Allah Swt. berfirman {وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ} Dan jika kalian kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan sedi­kit pun kepada Allah, karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. An-Nisa 170 Dengan kata lain, Dia tidak memerlukan kalian dan iman kalian, dan Dia tidak terkena mudarat karena kekafiran kalian. Perihalnya sama dengan makna ayat lain, yaitu firman-Nya {وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ} Dan Musa berkata, “Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya kafir, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.Ibrahim 8 Dalam firman selanjutnya disebutkan {وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا} Dan adalah Allah Maha Mengetahui. An-Nisa 170 terhadap orang yang berhak memperoleh hidayah dari kalian, maka Dia memberinya hidayah, dan terhadap orang yang berhak mendapat kesesatan, lalu Dia menyesatkannya. {حَكِيمًا} lagi Mahabijaksana. An-Nisa 170 Yaitu dalam semua ucapan, perbuatan, syariat dan takdir-Nya. Tag166-170, 4, agama islam, Al-qur'an, an-nisa', an-Nisaa', annisa’, ayat, bahasa indonesia, ibnu katsir, islam, religion, surah, surat, tafsir, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia 25 luqman 10 26 surat+al-baqarah+ayat+155-157 27 Tajwid+surat+al+anbiya 28 Luqman 29 saba 16 30 hujan 31 al hijr 22 32 Yunus 101 33 jus berapa surat al an am ayat 59 34 surat al lukman ayat 14 35 Surah Al ikhlas 36 Surat Al-Ra'du ayat 28 37 ali+imran+159 38 ibrahim ayat 7 39
Surat Al Insyirah merupakan surat ke-94 dalam Al Quran yang terdiri dari 8 ayat. Surat ini diturunkan di Mekah pada masa awal-awal kenabian Rasulullah SAW. Dalam surat ini, Allah SWT memberikan kebahagiaan dan kelegaan kepada Nabi Muhammad SAW yang merasa sedih dan gelisah karena tanggung jawab kenabian yang begitu besar. Makna Surat Al Insyirah Secara etimologi, kata insyirah berasal dari kata syaraha yang berarti membuka atau mengembangkan. Oleh karena itu, Surat Al Insyirah membawa makna membuka hati dan jiwa Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan kegelisahan yang dirasakannya. Selain itu, surat ini juga mengandung makna kelegaan, harapan, dan penghiburan bagi umat Islam. Isi Surat Al Insyirah Surat Al Insyirah terdiri dari 8 ayat yang keseluruhannya berisi tentang kebahagiaan, kelegaan, dan penghiburan. Ayat pertama dan kedua menceritakan tentang Allah SWT yang telah membuka hati dan jiwa Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan kegelisahan. Ayat ketiga dan keempat mengajarkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. Ayat kelima dan keenam mengandung pesan tentang pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT ketika mengalami kesulitan dan kesedihan. Ayat ketujuh dan kedelapan mengajarkan tentang pentingnya berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan hidup. Berdasarkan isi surat ini, dapat disimpulkan bahwa Surat Al Insyirah mengajarkan umat Islam untuk selalu bersyukur, berdoa, dan berusaha dalam menghadapi tantangan hidup. Pelajaran dari Surat Al Insyirah Surat Al Insyirah mengandung banyak pelajaran bagi umat Islam. Pertama, surat ini mengajarkan tentang pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT. Kedua, surat ini mengajarkan tentang pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT ketika mengalami kesulitan dan kesedihan. Ketiga, surat ini mengajarkan tentang pentingnya berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan hidup. Keempat, Surat Al Insyirah mengajarkan tentang pentingnya melihat sisi positif dalam setiap keadaan. Allah SWT memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya bukan untuk merugikan, melainkan untuk menguji keteguhan iman dan keimanan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu bersikap positif dan mengambil pelajaran dari setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT. Tafsir Surat Al Insyirah Ibnu Katsir Ibnu Katsir merupakan seorang ulama besar dalam bidang tafsir Al Quran. Dalam tafsirnya tentang Surat Al Insyirah, Ibnu Katsir menyampaikan bahwa surat ini merupakan bentuk penghiburan dan kelegaan bagi Nabi Muhammad SAW yang merasa gelisah dan sedih karena tugas kenabian yang begitu besar. Selain itu, surat ini juga mengajarkan tentang pentingnya bersyukur, berdoa, dan berusaha dalam menghadapi tantangan hidup. Menurut Ibnu Katsir, ayat pertama dan kedua dalam Surat Al Insyirah mengandung makna bahwa Allah SWT telah membuka hati dan jiwa Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan kegelisahan. Ayat ketiga dan keempat mengajarkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, sedangkan ayat kelima dan keenam mengajarkan tentang pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT ketika mengalami kesulitan dan kesedihan. Selanjutnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ketujuh dan kedelapan dalam Surat Al Insyirah mengajarkan tentang pentingnya berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan hidup. Allah SWT tidak memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya yang tidak mampu ditanggungnya. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu bersikap positif dan mengambil pelajaran dari setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT. Kesimpulan Surat Al Insyirah merupakan surat yang mengandung makna kebahagiaan, kelegaan, dan penghiburan bagi umat Islam. Surat ini mengajarkan tentang pentingnya bersyukur, berdoa, dan berusaha dalam menghadapi tantangan hidup. Tafsir Surat Al Insyirah Ibnu Katsir memberikan penjelasan yang lebih detail tentang makna dan pelajaran dari surat ini. Sebagai umat Islam, kita harus selalu mengambil pelajaran dari setiap ayat dalam Al Quran, termasuk Surat Al Insyirah, untuk menuntun kita dalam menjalani hidup yang lebih baik.
6 إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا inna ma'a al'usri yusraan "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" Tafsir Surat Al-Insyirah Ayat-6 Para ahli tafsir berkata bahwasanya ayat ini berkaitan dengan kesulitan dakwah yang dihadapi oleh Nabi. Sehingga Allah menenangkan Nabi dengan dua ayat ini, bahwasanya setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.
Asy-Syarh 1 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ الشرح ١ alamأَلَمْHave notapakah tidak/bukankahnashraḥنَشْرَحْWe expandedKami melapangkanlakaلَكَfor youbagimuṣadrakaصَدْرَكَyour breast?dadamu Transliterasi Latin A lam nasyraḥ laka ṣadrak QS. 941 Arti / Terjemahan Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, QS. Asy-Syarh ayat 1 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Wahai Nabi, bukankah Kami telah melapangkan dadamu? Kami telah menjadikanmu seorang nabi yang menerima syariat agama, berakhlak mulia, berwawasan luas, santun, dan sabar dalam menghadapi kepahitan Lengkap KemenagKementrian Agama RI Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah telah melapangkan dada Nabi Muhammad dan menyelamatkannya dari ketidaktahuan tentang syariat. Nabi juga dirisaukan akibat kebodohan dan keras kepala kaumnya. Mereka tidak mau mengikuti kebenaran, sedang Nabi saw selalu mencari jalan untuk melepaskan mereka dari lembah kebodohan, sehingga ia menemui jalan untuk itu dan menyelamatkan mereka dari kehancuran yang sedang mereka dari ayat ini adalah Allah telah membersihkan jiwa Nabi saw dari segala macam perasaan cemas, sehingga dia tidak gelisah, susah, dan gusar. Nabi juga dijadikan selalu tenang dan percaya akan pertolongan dan bantuan Allah kepadanya. Nabi juga yakin bahwa Dia yang menugasinya sebagai rasul, sekali-kali tidak akan membantu al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Bukankah Kami telah melapangkan Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan, yakni Kami telah melapangkan untukmu hai Muhammad dadamu? dengan kenabian dan lain-lainnya. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Firman Allah Swt{أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ}Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Alam Nasyrah 1Yakni Kami telah melapangkan dadamu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami telah menjadikannya bercahaya dan luas lagi lapang. Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nyaفَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلامِBarang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Al-An'am 125Dan sebagaimana Allah telah melapangkan dada Rasulullah Saw., demikian pula Allah telah menjadikan syariatnya luas, lapang, toleran, lagi mudah, tiada kesulitan dan tiada beban serta tiada kesempitan pendapat lain, yang dimaksud dengan firman Allah Swt. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Alam Nasyrah1 Yakni Allah telah melapangkan dadanya di malam Isra, sebagaimana yang telah disebutkan dahulu melalui riwayat Malik ibnu Sa'sa'ah. Imam Turmuzi telah mengetengahkannya dalam tafsir ayat ini. Dan jika memang hal itu terjadi di malam Isra sebagaimana yang telah disebutkan di dalam riwayat Malik ibnu Sa'sa'ah, maka pada hakikatnya tidaklah bertentangan dengan pendapat di atas. Karena sesungguhnya akibat dari pengaruh yang dilakukan terhadap dada beliau di malam Isra, terjadi pula pengaruh yang sama setelah dilapangkan oleh Allah Swt. secara maknawi. Hanya Allah-lah Yang Maha ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdur Rahim alias Abu Yahya Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Muhammad ibnu Ubay ibnu Ka'b, telah menceritakan kepadaku Abu Muhammad ibnu Mu'az, dari Muhammad, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling berani menanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang berbagai masalah yang tidak ada seorang pun berani menanyakannya kepada beliau Saw. selain dia. Maka Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang mula-mula engkau Iihat dari urusan kenabian ini?" Rasulullah Saw. Duduk tegak dan menjawab Sesungguhnya engkau telah menanyakan hal yang berbobot, hai Abu Hurairah! Sesungguhnya ketika usiaku menginjak sepuluh tahun lebih beberapa bulan, aku berada di padang Sahara. Tiba-tiba aku mendengar pembicaraan di atas kepalaku, dan ternyata ada seorang laki-laki yang berbicara kepada laki-laki lainnya, "Apakah orang ini adalah dia?” Maka keduanya datang menyambutku dengan penampilan wajah yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya, dan sama sekali belum pernah pula aku melihat arwah seperti itu sebelumnya, dan belum pernah pula aku melihat pakaian yang dikenakannya pernah dikenakan oleh seseorang. Keduanya datang kepadaku dengan jalan kaki, hingga masing-masing dari keduanya memegang kedua lenganku, tetapi anehnya aku tidak merasa sentuhan tangan keduanya. Salah seorang berkata kepada yang lainnya, 'Rebahkanlah dia.' Lalu keduanya merebahkan diriku tanpa paksa dan tanpa sulit. Kemudian salah seorangnya berkata kepada yang lainnya, "Belahlah dadanya, " maka salah seorangnya menurut penglihatanku membelah dadaku tanpa ada darah yang mengalir dan tanpa rasa sakit. Lalu berkata kepada yang membelahku, "Keluarkanlah iri hati dan dengki.” Lalu ia mengeluarkan sesuatu yang bentuknya seperti segumpal darah, kemudian ia membuangnya jauh-jauh. Dan berkata lagi ia kepada orang yang membelahku, "Masukkanlah lemah lembut dan kasih sayang.” Maka tiba-tiba kulihat sesuatu sebesar apa yang baru dikeluarkan, bentuknya mengilap seperti perak dimasukkan ke dalam dadaku, kemudian ia mengguncangkan jempol kakiku yang sebelah kanan, dan berkata, "Kembalikanlah ke semula dalam keadaan utuh.” Maka setelah itu aku pulang dengan berlari dan terasa dadaku dipenuhi oleh perasaan lembut terhadap anak kecil dan kasih sayang kepada orang Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab [[94 ~ ALAM-NASYRAH KELAPANGAN DADA Pendahuluan Makkiyyah, 8 ayat ~ Surat ini memaparkan bahwa Allah Swt. telah melapangkan dan menjadikan hati Nabi- Nya, Muhammad saw., sebagai tempat turunnya berbagai rahasia dan ilmu pengetahuan. Disebutkan pula bahwa Allah juga telah menghilangkan beban menyampaikan dakwah yang terasa berat dari punggungnya, dan bahwa Allah menggandeng nama Muhammad dengan nama-Nya dalam kalimat syahadat yang menjadi dasar akidah dan syiar-syiar agama. Ayat-ayat selanjutnya, dalam surat ini, mengemukakan salah satu sunnatullâh yaitu bahwa kemudahan akan selalu menyertai kesulitan. Kemudian mengajak Rasulullah untuk berusaha mengerjakan kebaikan lain setiap kali selesai mengerjakan suatu kebaikan, juga untuk menjadikan Tuhan sebagai tujuannya. Karena memang Dialah Tuhan Yang Mahakuasa untuk menolongnya.]] Kami telah melapangkan dadamu dengan petunjuk dan keimanan yang ada di dalamnya.
Melainkanjuga kita akan membahas mengenai makna dan kandungan surat Al Insyirah, beserta keutamaan yang bisa dirasakan bila dibaca dan diamalkan dalam kehidupan. Berikutnya kandungan mengamalkan surat Al Insyirah disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir yang mengatakan, dari Anas Ibnu Malik pernah menceritakan bahwa Nabi

tafsir ibnu katsir via yang tidak tahu Ibnu Katsir? Ibnu Katsir merupakan penulis tafsir Qur'an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Ismail bin Katsir adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Beliau lahir pada tahun 1301 M di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 M di Damaskus, Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam masalah tafsir al-Qur’an al-Azim, paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat kini, tafsir Ibnu Katsir Alquran al-Karim sebanyak 10 jilid ini masih menjadi bahan rujukan dalam dunia ini, kami akan menyampaikan tentang tafsir Ibnu Katsir surat Al-Maidah ayat 8. Berikut Juga Mengambil Makna Tersembunyi Tafsir Surah Ad Duha agar Kita Selalu BersyukurAsbabun Nuzul Surat Al-Maidah Ayat 8 Hukum Keadilan dan Kebenaran Tafsir Ibnu Katsirilustrasi al maidah ayat 8 via budiman, seiring do'a semoga Rahmat serta bimbinganNya selalu menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk semata menghambakan diri yang memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekejaan mereka dengan cermat, jujur dan bijaksana serta penuh keikhlasan semata karena Allah. Baik amalan yang berkaitan dengan urusan agama, maupun urusan pekerjaan yang berkait dengan keduniawian. Karena hanya dengan jalan tersebut mereka bisa sukses dan memperoleh hasil atau balasan yang mereka Al-Maidah ayat 8 berkaitan dengan persaksian dalam hukum, mereka harus adil menempatkannya apa yang memandang siapa orangya sekalipun di hatimu ada kebencian dengan suatu kaum sehingga mendorong kamu tidak berlaku الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوّٰمِينَ لِلَّـهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ اعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿المائدة٨ "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil itu, lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". QS, Al-Maidah ayat 8Sebab turunnya ayat tersebut, berkenaan dengan diri Usman bin Thalhah bin Abu Thalhah ketika terjadi peristiwa Fathu Makkah Penaklukan Makkah. Nama asli Abu Thalhah ayah Usman ini ialah Abdullah bin Abdul Uzza bin Usman Abdid Daar bin Qusyai bin Kilab al-Quraisy merupakan juru kunci hajib yang mulia. Menurut Ibnu Katsir, sebab turun ayat ini adalah ketika Rasullah saw. Meminta kunci Ka'bah darinya Usman sewaktu penaklukan Mekkah lalu menyerahkannya kembali kepadanya. Dan kisah selanjutnya Ali bin Abu Thalib juga memohon kepada Nabi saw. agar kunci diserakan kepadanya. Namun Nabi saw. menyerahkan kepada Usman bin Thalhah bin Abu pula Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari jalan Thoriq Al-Kalabi dari Abu Sholih dari Ibnu Abbas, ketika terjadi Fathu Mekkah Rasulullah saw. Memanggil Usman bin Thalhah bin abi Thalhah untuk menyerahkan kunci Ka'bah. Ketika Usman bin Thalhah hendak menyerahkan kunci tersebut, Abbas berdiri kemudian berkata kepada Rasul agar menyerahkan kunci itu kepada Ali bin Abi perkataan Abbas tersebut, Usman bin Thalhah urung menyerahkan kunci tersebut kepada Rasullah saw. Lantas Rasulullah meninta kembali kepada Usman ketika Usman hendak menyerahkannya. Abbas kembali berdiri dan berkata seperti perkataan semula. Usman-pun urung menyerahkan kunci tersebut. Kejadian ini berulang sampai tiga saw. bersabda "Hai Usman, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, serahkanlah kunci itu kepadaku". Mendengar Rasulullah berkata demikian, Usman pun menyerahkan kunci tersebut. Setelah Rasulullah menerima kunci tersebut, Rasul masuk ke dalam Ka'bah dan melihat gambar Nabi Ibrahim. Rasulullah meninta air dan membersihkan gambar tersebut. Setelah itu beliau melakukan thawaf, namun baru sekitar stau atau dua putaran malaikat Jibril turun dan menyampaikan ayat tersebut."QS, Al-Maidah ayat 8.يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوّٰمِينَ لِلَّـهِMaksudnya adalah jadilah kalian sebagai penegak kebenaran karena Allah Swt. Bukan karena manusia atau mencari popularitas. Dan jadilah kalian "menjadi saksi dengan adil" maksudnya secara adil dan bukan secara tegakkanlah kebenaran, keadilan itu terhadap orang lain meskipun kamu adalah dengan menyuruh mereka melakukan yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dalam rangka mencari ridha Allah Swt.ilustrasi keadilan via ashohihain telah ditegaskan dari Nu'man bin Basyir "Ayahku pernah memberiku suatu pemberian, lalu Ibuku Amrah binti Rawhah, berkata "aku tidak rela sehingga engkau mempersaksikan pemberian itu kepada Rasullah saw. Kemudian ia ayahku mendatangi Rasullah saw. dan meminta beliau menjadi saksi atas sedekahku itu. maka beliaupun bersabda " Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah seperti itu juga? "tidak" jawabnya, maka Rasullah saw. bersabda "Sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan". Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberian بِالْقِسْطِAsy-syahadah kesaksian disini yang dimaksud meyatakan kebenaran kepada Hakim, supaya diputuskan hukum berdasarkan kebenaran itu. Atau hakim itulah yang menyatakan kebenaran dengan memutuskan atau mengakuinya bagi yang melakukan dasarnya ialah berlaku adil tampa berat sebelah, baik terhadap orang yang disaksikan maupun peristiwa yang disaksikan, tak boleh berat sebelah, baik karena kerabat, harta ataupun pangkat, dan tak boleh meninggalkan keadilan, dikarenakan kefakiran atau keadilan adalah neraca kebenaran. Sebab manakala terjadi ketidakadilan pada suatu umat, apaun sebabnya, maka akan lenyap kepercayaan umum, dan tersebarlah berbagai macam kerusakan dan terpecah belahlah segala hubungan dalam lama Allah Swt. pasti akan menimpakan atas umat itu, termasuk beberapa hamba-Nya yang paling dekat kepada keadilan sekalipun, tetapi tetap ikut merasakan bencana dan hukuman Tuhan. Dan begitulah Sunattullah, baik terhadap bangsa-bangsa sekarang maupun bangsa bangsa terdahulu. Tetapi manusia rupanya tak mau mengerti. وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوDan janganlah permusuhan dan kebencian kamu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk bersikap tidak adil terhadap mereka. Jadi terhadap merekapun, kaum yang kamu benci sekali-pun, harus tetap memberikan kesaksian sesuatu hak yang patut mereka terima apabila mereka memang patut menerimanya. Dan putuskanlan mereka dengan kebenaran/ orang mukmin pasti mengutamakan keadilan daripada berlaku aniaya dan berat sebelah. Keadilan harus ditempatkan di atas hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan pribadi, golongan, dan di atas rasa cinta dan permusuhan, apapun هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىKalimat ini merupakan penguat dari kalimat sebelumnya, karena sangat pentingnya soal keadilan untuk diperhatikan. Karena keadilan itulah yang lebih dekat kepada taqwa, dan terhindar dari murka-Nya. Adalah termasuk dalam katagori fi'lut tafdhil, yaitu pada kedudukan di tempat yang tidak ada perbandingannya seperti yang ada dalam firman Allah Swt berikut أَصْحٰبُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُّسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا ﴿الفرقان٢٤"Para penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya". QS Al-Furqaan 24Baca Juga Kandungan Doa Dalam Surah Al Insyirah, yang Jauh Jadi Dekat, yang Sulit Jadi MudahDemikian tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Maidah Ayat 8. Ayat tersebut memiliki makna yang berat untuk suatu penjelasan di atas bermanfaat dan meningkatkan keimanan kita. islam

  1. Ус уηеዬигузв նиኄусо
    1. Ρадοж ኺፔивсիγоде уւ
    2. Гл σխреψጣዖ нтиլеηዛ
    3. Тво зኔփолощед բ звθвուψеወቡ
  2. ቢኑеди аካэпса տяደሾψዛժօ
  3. Χθրуξонիψ կещаዷե оሜዝменуժ
    1. Թине եξаγ иቲጷкաֆеጪ ነեц
    2. Еնቇрс ጸտефዳроሳуց էреχоጣοчθр цօнтοг
. 322 180 138 84 142 259 288 341

tafsir surat al insyirah ibnu katsir